๐จ๐ฉ๐๐ง ๐ก๐๐๐๐ฉ.
duduk menghadap meja bulat berbahan kayu jati, ranabhumi memeluk celemeknya rapat. ada noda tanah mendekorasi pipi, serta muka celana; berbentuk garis-garis panjang yang terlahir ketika jemarinya bergerilya mencari sesuatu untuk dipegang. kotor-kotor yang bakal sukses mengeluarkan teriak jengkel dari mulut adik perempuannya.
โcapek?โ
ranabhumi menoleh, dan bertemu tatap dengan baladika. pria itu bersandar pada kosen pintu, dengan kedua lengan terlipat di depan dada. ekspresinya ganjil, dan ranabhumi menduga berbagai makna yang memungkinkan terlintas di sana. tetapi, benak kosongnya nyatanya tak mampu untuk hasilkan apapun, dan dia kembali berkutat dengan satu pot bunga.
โcapek, lah. masa enggak.โ
โsini deketan.โ
kedua matanya, menyipit. terpancing sedikit, dan dia bakal mendapati diri duduk melingkar di atas pangkuan. ranabhumi menarik napas, lantas memilih untuk mendorong potnya menjauh. sebab kepalanya tak lagi terokupasi oleh hal yang sama. baladika, sudah duduk di sana dan menyingkirkan sisanya jauh-jauh.
โnggak dulu, deh.โ
โcepet.โ
pemaksa. ingin dia torehkan rajah dalam kapital pada dahi si semesta. urung dilaku, tetapi. sebab dia memilih menutup akses rungu dari menyelinapnya tuturan kata. lebih baik begitu. ketimbang menyodorkan hati untuk dikuliti sukarela. nyerinya menarik, memang. tetapi dia punya tekad sekeras lempung kering, dan tak berniat untuk tercebur pada air.
โrana,โ
โnggak denger gue.โ
โburuan.โ
โngapain sih, bang? hobi banget nyiksa gue liat-liat.โ
โlo lucu, sih.โ
โlucu doang nggak dipacarin buat apa?โ
โkata gue, lucu mah enaknya dijadiin temen, na.โ
โtemen mana yang tukeran ludah, bang?โ
โya itu, lo sama gue.โ
sembilu, nyatanya tak cuma mengambil kulit buluh sebagai bentuk. kalimat yang terlontar, menikamnya jauh lebih lapar. ranabhumi, mengerjapkan matanya jengkel. sebab terbiasa akan luka, tak menjamin sirnanya rasa. dia lirik baladika dengan sudut mata. nyalang, sebab ditimpa rupa-rupa.
โkenapa bukan abang yang ke sini?โ
โmager gue, na.โ
โya sama gue juga.โ
โrana,โ
โapa lagi?โ
โgalak bener, buset dah.โ
pot bunga mawar merahnya, tampak lebih layak dapat atensi, dia kira. sebab bahkan duri-durinya, takkan menyakiti bilamana jemarinya tak buat kontak dan menusuk jeriji. belakangan, dia seringkali berpikir demikian. mungkin, baladika ini manifestasi dari kembang berduri. dan ranabhumi, ialah jari-jemari pemilik pikiran nekat ingin mendekap erat. tahu bakal berdarah, tetapi sayang nyalinya terlalu lekat.
โsinting,โ dia bergumam-gumam.
โlo ngomong sama siapa?โ
โdiri sendiri.โ
baladika membersit hidung keras-keras, dan beranjak guna berikan satu tepuk singkat. pada puncak kepala, dan menggoyahkan susunan pagar-pagar hatinya. ๐ฃ๐ณ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ด๐ฆ๐ฌ, kepalanya sibuk merepet. sebab menyadari satu hal pasti, bahkan sebelum baladika sempat lontarkan ucap.
โrana,โ
โ... iya?โ
โntar malem lo nginep di gue, ya?โ
๐ฌ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ฅ๐ถ๐ณ๐ช, ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฉ๐ข๐ด๐ณ๐ข๐ต ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ญ๐ข๐ฌ๐ฏ๐ข๐ต.
diserta hela napas sarat akan rasa ๐ฌ๐ข๐ญ๐ข๐ฉ, giriwarsa ranabhumi grahita mengangguk lamat.
๐ ๐ก๐๐ช๐จ๐, 2.09 pm.