𝙩𝙚𝙧𝙗𝙚𝙣𝙖𝙢.
mungkin kamu pernah bertanya-tanya, setelah minggu-minggu tenang lepas amuk ibunda, ke mana raga ini berkelana menyusur sepi; sebab jarak telah tercipta, ketika kata 𝘬𝘪𝘵𝘢 sudah tidak lagi ada. ketahuilah, pada ambang jendela, aku menopang dagu dan menghitung waktu-waktu. sebab setelah ketiadaan yang dipaksakan, kupikir aku memang sempat hilang ditelan renungan. memikirkan mengapa, lantas menyalahkan semesta dan seisinya. karena 𝘬𝘪𝘵𝘢, tak lagi punya makna.
tahukah kamu? bahwa jendela kamarku sengaja dibangun menghadap arah barat. mulanya, dimaksudkan untuk rona-rona jingga menelusup masuk dengan mudah, ketika tiba waktunya pulang tenggelam. ibunda tahu kesukaanku, dan memastikan aku menyaksikan setiap momennya. ini, agak lucu sebetulnya. sebab beliau tidak pernah tahu kita memang punya sejarah di depan senja pada masa yang lalu; ketika kamu baru mulai memetakan jejak pada permukaan hatiku.
pun, tak perlu tahu juga kalau kamu masih berenang-renang di dalam benak setiap kali kupandang-pandang bunga-bunga di sore hari. sebab sejenak, aku merasa memenangkan waktu; masih merasa memiliki kamu yang hadir dalam ragam memori di kepala, ketika petang hampir tiba.
karena matahari terbenam, masihlah milik 𝘬𝘪𝘵𝘢.
𝙣𝙤𝙞𝙧𝙚, 10.10 pm.