๐ช๐ฃ๐ฉ๐๐ฉ๐ก๐๐.
pada suatu masa, ketika dia pulang dari sekolah dengan koleksi luka baru pada sudut lututnya, yunho menemuinya di depan pagar. satu alisnya terangkat naik, sebab sepedanya telah kehilangan satu komponen utama. wooyoung terjatuh, dalam usahanya melarikan diri demi menghindari amuk anjing-anjing liar di taman. pemuda itu tertawa kecil, lantas menawarkan plester luka bermotif katak. yunho membiarkannya menyingkir, selagi jemari tangannya mulai memeriksa rantai sepeda.
takut-takut, wooyoung melempar tanya. โapakah parah?โ
โlumayan.โ
mencelus, dahi wooyoung penuh dengan kerut-merut. โayahku akan mengamuk kalau tahu.โ
yunho tersenyum. sebelah tangannya mengibas, pertanda tak ada yang perlu dikhawatirkan. โtidak ada yang tidak bisa diperbaiki.โ
sungguh keping ingatan yang aneh, wooyoung merasa. dia mengingat perasaan lega yang membanjiri setiap senti dari kulitnya, ketika yunho selesai dengan bengkel dadakannya. sepedanya, dapat melaju kembali tanpa kendala. yunho dan keahliannya, memang tak patut disepelekan.
menekuk lutut, wooyoung berjongkok di depan keping pecahan pot bunga. baru saja terjadi; tak sengaja tertendang, ketika dia hendak masuk ke dalam rumah. ukurannya yang kecil, serta fokusnya yang tak kunjung kembali, ialah penyebab utama untuk disalahkan. merenung, dia menyentuh ujung-ujungnya dengan jari-jemari.
๐ต๐ช๐ฅ๐ข๐ฌ ๐ข๐ฅ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ต๐ช๐ฅ๐ข๐ฌ ๐ฃ๐ช๐ด๐ข ๐ฅ๐ช๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ฃ๐ข๐ช๐ฌ๐ช, tak urung melintas kembali dalam memori. sebab entah untuk urusan apa, benang-benang kusutnya mulai terurai ringan lagi. meski tak pernah pula harapnya naik untuk yang demikian. karena kelindan derita akibat kehilangan, telah dia relakan untuk terbenam dalam-dalam. jauh, jauh di belakang hari.
retakan pot-pot bunga, dia perhatikan lamat-lamat. barangkali, keadaannya memang serupa. ๐ช๐บ๐ข, pikirnya nelangsa, ๐ฌ๐ฆ๐ค๐ถ๐ข๐ญ๐ช ๐ง๐ข๐ฌ๐ต๐ข ๐ฃ๐ข๐ฉ๐ธ๐ข ๐ฌ๐ข๐ถ ๐ต๐ข๐ฌ ๐ฎ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ช๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ญ๐ช.
๐ ๐ก๐๐ช๐จ๐, 9.06 pm.