But I Can See Out Loud.
“Where do you think we should go?”
“Somewhere.”
“Somewhere?”
“Somewhere safe where I have you all for myself.”
Barangkali yang demikian tampak tak nyata; sebab yang sedang kutenun pelan-pelan dari jari-jemari kapalan ini memang tak kasatmata. Tetapi aku tahu, engkau merasa. Merajalela, memetakan setiap inci kulitmu seperti sulur-sulur panjang yang penuh keingintahuan. Menerka, sibuk menduga. Sejauh mana engkau akan membiarkanku merasuki jiwa. Atau kepalamu, kalau boleh kutambahkan. Menginvasi rongga-rongga kosong dengan harapan aku takkan gampang binasa.
Barangkali pinta ini memang terlihat muluk; dibisikkan pada setiap hela napas yang kuhirup dengan berdeguk-deguk. Sebab mendamba untuk sesuatu yang tak sepatutnya lancang kulemparkan, memang butuh mengorbankan. Hari ini, ialah perasaan yang sengaja kutidurkan paksa. Besok, mungkin dua bola mata yang kutawarkan. Sebab meski abai memandang, aku piawai dalam mendengarkan; untuk jari-jemarimu, yang menelusup menggenggam jiwaku lekat dan mengikat.
Anakin. 3.43 pm