๐™ฉ๐™ช๐™ง๐™ฃ๐™ž๐™ฃ๐™œ ๐™ฅ๐™–๐™œ๐™š.

memasak itu bukan bakat utama, sebetulnya. predikat itu lekat disandang oleh โ€˜membuat keributanโ€™. tetapi kalau perkara menumis satu ikat kangkung untuk makan siang, ๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ, kumara lumayan piawai. meski tidak mau juga kalau disuruh bertanggung jawab menyoal rasa yang tak sesuai selera perorangan. itu, masalah masing-masing saja.

siang itu tercecap damai. ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ช, untuk ukuran seorang kumara sebab raung belum mulai pula meneriakinya sumpah serapah. anak manis itu duduk dengan ponselnya; begitu sibuknya bermain gim di atas sofa. arah pandang terpaku sedemikian rupa, hingga kumara rasakan bibit rasa cemburu menggelegak di antara rongga dadanya.

tetapi kumara memang anak baik nan penyabar. dia tidak masalah wara-wiri sendirian di dapur mereka; mengupas bawang merah, lantas mengiris cabai rawit sebanyak perut raung sanggup mewadahinya kelak. asal yang lebih tua tidak habiskan waktu menjolok-jolok kepalanya dengan komentar pedas tidak berperikemanusiaan, dia takkan bikin ulah. ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ.

maka, setelah penggorengan panas telah terisi sayuran, kumara beringsut mendekat. dilihatnya si kesayangan masih bertengger di tempat yang sama, dengan dahi terlipat berkerut-merut. agak lucu, sebetulnya. kalau saja atensi yang dimau sedang tertuju padanya, dan bukan seonggok gim di tangan.

โ€œkak, coba deh kecium nggak? wangi nggak?โ€

masih setia menatap layar ponselnya, raung menjulurkan leher sekenanya untuk menanam satu kecup di ujung bibir milik kumara. singkat, terkesan tidak peduli amat. tetapi cukup untuk membuat kumara berdiri kaku dengan spatula di tangan. padahal melipir kemari, maksud utamanya ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ.

โ€œwangi. kamu habis mandi?โ€

โ€œ... tumis kangkungnya.โ€

raung menekan ikon berhenti pada gimnya, dan menoleh lamat-lamat. jelas tidak mengerti. kelopak mata peneduh manik-maniknya yang bulat, mengerjap bak anak rusa. โ€œtadi minta cium? wangi kok kamu.โ€

kumara mengangkat ibu jarinya kikuk; mengarah pada dapur milik bersama, tempatnya berkutat dengan penggorengan sepanjang waktu luangnya hari ini. โ€œiya, coba itu wangi kangkungnya kecium atau enggak sampai ke sini? soalnya di dapur udah enak banget tunggu matang ....โ€

โ€œoh,โ€ raung mengerang ketika pemahaman akhirnya mengendap di kepala. โ€œ๐˜ฐ๐˜ฉ.โ€

โ€œwell,โ€ kumara menyeringai, โ€œ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ธ๐˜ข๐˜ด clearly ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ต ๐˜ฎ๐˜บ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ฐ๐˜ฏ.โ€

kedua manik matanya membola, lantas raung merona-rona; merah-merah itu, naik merasuk hingga ke daun telinga. inilah mengapa, sedang fokus menggebuki musuh ini jangan disuruh aneh-aneh dulu.

โ€œtapi kalau dapat cium, ya, masa mau ditolak?โ€

satu bantal sofa, melayang tepat kena tengkuk kumara. anak itu minggat ke dapur dengan terkikik-kikik, sedang raung ditinggalkan dengan rasa malu yang memandikan setiap senti kulitnya. penuh-penuh, memampatkan dada.

โ€œkamu,โ€ raung memulai. ponselnya sudah temukan tempat merebah di atas meja. tampaknya ini akan jadi siang yang panjang; dilewati dengan gelut yang tidak berkesudahan. โ€œbelum pernah kutabok pakai sandal, ya?โ€

gema tawa milik kumara, bergemuruh ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข.

๐™จ๐™๐™ช๐™ช๐™ฎ๐™–, 8.51 am.