Mess Is Mine.

Ditulis dengan mengadaptasi universum Chaos Walking milik Patrick Ness.

Kebisingannya begitu mengganggu. Kebisingan Sunghoon menjejak masuk ke dalam kepalanya, lantas bertahan lama di sana. Menjolok-joloknya lamat-lamat, seperti sedang menonton sapi perah menyediakan susu untuk seisi permukiman. Kacau sekali.

“Hoon,” Heeseung meningkahi dari atas ranjang. Suaranya gusar sekali selagi dia membalik badan untuk berbaring telentang.

Sejenak, yang terdengar hanya lautan kata tidak, tidak, dan tidak yang berenang-renang tanpa arah. Sunghoon tampaknya sadar kebisingannya mengalami kebocoran parah. Sebab ketika Heeseung melirik, anak itu sedang tersipu dan menggebuki pipinya sendiri. Mungkin memaki-maki sembari berbisik-bisik karena ketahuan memikirkannya lagi.

Heeseung menghela napas keras-keras. Dia julurkan lengan, dan meraih jari-jemari itu dari upaya mereka memberikan pipi Sunghoon luka lebam.

“Kalau kupegang tanganmu, mau diam tidak?”

Sunghoon merengut. “Bakal tambah berisik.”

Aduh sinting.

Heeseung mengerutkan dahi.

Jangan begitu, kau jadi kelihatan cantik.

Cantik.

Cantik.

Seksi juga.

“Hoon.”

Sunghoon merajuk. Suara yang dia keluarkan terdengar lebih mirip sapi yang sedang sekarat di atas bukit. “Bukan salahku.”

Tetapi Heeseung adalah insan yang terbuat dari kumpulan keras kepala yang dimampatkan banyak-banyak. Pergelangan tangan Sunghoon dia genggam, lantas ditariknya mendekat. Begitu, mereka berbaring bersisian seperti sepasang kekasih bersiap hendak tidur malam.

Kebisingian anak itu berubah jadi kepanikan. Heeseung dapat mencecapnya di lidah; pekat, mendesak-desak kepalanya. Mau tidak mau, dia tertawa kecil ketika telinganya kembali menangkap aduh, bego dan tangannya halus dan mau peluk dan jangan dipikirkan dong, bodoh.

“Hoon.”

Sunghoon membeku sedang Heeseung mengeratkan genggam tangan. Lagaknya tampak tenang meski yang berdegup-degup di dalam dadanya itu juga bikin kesal.

“Pejamkan matamu.”

“Oke.”

Kebisingan Sunghoon berdengung tanpa malu. Cium, cium, cium. Heeseung mendengkus.

Sunghoon.

“Sebetulnya agak tidak adil karena kau bisa mendengarku berkicau meski aku sedang tidur.”

“Kau mau aku bagaimana?”

“Tidur.”

“Kenapa?”

“Dengan begitu kau takkan bisa mencuri dengar isi kepalaku.”

Heeseung ... Heeseung mengulum senyum.

Rumthea, 10.38 am.