𝙨𝙬𝙀𝙧𝙙𝙨.

β€œberadu pedang.”

yunho, melirik lamat. sebab perkara hal-hal menarik yang tak khalayak pikirkan, kadang-kadang memang mampir dalam benak yang lebih muda. maka, dia coba menerka apa artinya. bahkan ketika wooyoung telah bermigrasi dan sedang bergumul dengan ritsleting celana.

β€œyunho,” wooyoung memaksa meraih atensinya tak sabar.

β€œapa?”

β€œbuka celanamu.”

β€œuntuk apa, sayang?”

β€œpedang,” wooyoung berbisik-bisik. β€œmari bermain pedang.”

yunho tidak mengerti, namun tidak membantah juga. dari posisinya berbaring santai, dia perhatikan bagaimana kekasih kecilnya beraksi dengan jemari. bertingkah, dengan berbagai laku yang membuat dahinya berkerut. bermula dari elus-elus pemancing lenguh, hingga genggam yang menggelincirkan kewarasannya masuk ke dalam jurang.

𝘣𝘦𝘳𝘒π˜₯𝘢 𝘱𝘦π˜₯𝘒𝘯𝘨, samar-samar, di tengah gelombang berahi yang mengisi kepalanya dengan riak ombak tak terkendali, yunho akhirnya memahami maksudnya. sebab ketika dia menilik dari balik sudut mata yang menyipit, mulut yang terkasih telah melingkupi kepala kemaluannya dengan lihainya. memang pandai, yunho mengakui. diam-diam, terselip pula rasa bangga sebab memiliki bocah itu.

β€œoh,” katanya pasrah; setengah mendesah, setengah pula merasa resah.

𝙠𝙑𝙖π™ͺ𝙨𝙖, 9.46 am.