π™žπ™£ π™©π™π™š 𝙙𝙖𝙧𝙠.

berburuk sangka ialah dosa. sedang berbaik-baik, terasa layaknya menelan kulit durian secara paksa. begitu, dia duduk di bawah selubung gelap tanpa penerangan. meringkuk memeluk hujan, yang datang dari netra. mungkin tuhan sedang menghukum pendosa. sebab lepas petang, hatinya tercabik-cabik lara. mengetahui kebenaran, meski tak memaksa pinta.

β€œwooyoung?”

kelu, maka tak repot jawab dihaturkan. sebab tenggelam sendirian, dia menduga patut untuk hatinya merasa. untuk lancang mencinta semesta, yang sudah miliki pusat dunia. 𝘡𝘦𝘡𝘒𝘱π˜ͺ 𝘒𝘬𝘢 𝘡π˜ͺπ˜₯𝘒𝘬 𝘡𝘒𝘩𝘢, sisi hatinya berbisik ngilu. lantas, tetap membutakan diri ketika jejak nyata terpampang sejak lama ialah kekejian yang sesungguhnya.

β€œwooyoung,”

keras kepala, dia. memeluk lutut sebab tak lagi punya muka. tetapi yunho kepalang kokohnya. mengurai kelindan lengan, hingga dagu dia gepit di antara telapak. memaksa dongak, hingga bertemu mata. rasa bersalah, ialah yang wooyoung baca.

β€œmaafkan aku.” yunho suarakan duka. 𝘬𝘒𝘳𝘦𝘯𝘒 π˜₯𝘰𝘴𝘒 𝘬π˜ͺ𝘡𝘒 𝘡𝘦𝘳𝘣𝘢𝘬𝘒, ialah yang wooyoung baca dengan seksama.

β€œtidak apa.” lirih, wooyoung balas bertukar resah.

β€œaku tidak tahu π˜₯π˜ͺ𝘒 datang.”

wooyoung tertawa. parau, seperti burung gagak dengan berita nestapa. β€œaku juga tidak tahu kau sudah ada yang punya.”

β€œbukan yang aku cinta.”

tidak ada beda, logika bersuara. malang, terlampau lirih tenggelam karena lautan asa. datang penuh harap, meski tahu dia sedang mulai menumpuk lagi-lagi, dosa. tetapi kuasa lengan yang berikan suaka, siapa bisa teriakkan penolakan, lagipula?

β€œyunho,”

β€œmaafkan aku.”

lantas, jika gelap mengepung mereka dan menjaga rahasia, apa boleh buat jika sekali lagi wooyoung berkelakar dengan semesta.

𝙠𝙑𝙖π™ͺ𝙨𝙖, 7.44 pm.