π™¨π™€π™’π™šπ™©π™π™žπ™£π™œ π™£π™šπ™¬.

β€œada yang baru,” wooyoung berapi-api mengumumkan.

hongjoong menaikkan alisnya, lantas memasang telinga. sebab wooyoung takkan langsung diam jika diabaikan. bocah itu bakal berceloteh tak kenal lelah. paling tidak, sampai dia yakin ada satu yang mendengarkan.

β€œapa?” tanyanya pada akhirnya. sebab rasa penasaran akan jawab, kepalang membuncah.

wooyoung tertawa, lantas memamerkan jari manisnya. ada perak yang melingkar, dengan inisial nama. hongjoong sudah tahu, bahkan tanpa perlu repot menengok untuk melihat secara detail. menarik napas, hongjoong turut pula masuk dalam permainan berpura-pura.

β€œapa itu?”

β€œcincin, hongjoong.”

dari tempatnya duduk di ruang makan, dia bisa melihat wooyoung meliuk di area dapur. pinggul bergoyang, selagi dia pandang-pandang cincinnya sayang. makan malamnya, masih berderak-derak berisik di penggorengan. hongjoong memikirkan betapa dia sudah lapar sekali.

β€œwooyoung, kapan selesai?”

β€œkau takkan bertanya padaku?”

hongjoong menghela napas. β€œapa persisnya yang kau ingin aku tanyakan?”

wooyoung mengedikkan bahu. bocah berisik itu kembali berkutat dengan sup. β€œentah,” katanya. β€œtanyakan padaku aku dapat dari mana.”

hongjoong mengerang, lantas membawa dirinya beranjak. didekatinya yang lebih muda dengan hasrat ingin mencekik hingga habis udara. tetapi urung dilaku sebab yang dia kerjakan ialah memeluk pinggang wooyoung lamat-lamat. merajuk, dia mengusal pipi pada punggung si pemarga jung.

β€œdariku,” kata hongjoong sebal. β€œsekarang, bisakah kudapatkan makan malamku dengan segera?”

wooyoung, tertawa girang.

𝙠𝙑𝙖π™ͺ𝙨𝙖, 09.10 am.